fall in love to each other who can't be together
“sometimes we fall in
love to each other but doesn’t mean we could be together” mungkin itulah kata
kata yang tepat untuk keadaan kita sekarang. Aku jatuh cinta pada pria ini.
Pria yang tiba tiba datang tanpa aku harapkan, namun mengisi kekosongan hati
yang aku alami saat itu. Kita saling jatuh cinta, namun aku yang tidak bisa
memutuskan untuk mengikat status bersamanya. Bukankah menyanyangi seseorang
bisa kapanpun, dimana pacaran hanya sebuah “status”?
Malam ini pukul 00.35 dan aku masih terjaga sambil masih mengutak atik handphoneku. Aku memang mengalami insomnia, dimana setiap malam aku masih terjaga hingga dini hari.
“laper nih”
aku mengirim chat itu
pada Feri. Feri adalah pria itu yang hampir setiap hari menemani malam malam
yang membuatku terjaga.
“gue lagi diluar nih,
nyari martabak, lo mau?”
balasnya. Begitulah Feri
selalu peka jika aku mengkodekan sesuatu.
“masih ada gitu martabak
jam segini? Udah mau jam 1 malem, hati hati nanti tukang martabaknya malah
bukan orang lagi hahaha”
Aku menyanyangi Feri,
pria yang selalu tepat ada buatku, selalu hadir dan tau saat ada yang salah
denganku. Seseorang yang tidak pernah lelah mendengarkan cerita cerita ku,
walau ia hanya mendengarkannya dan menanggapi sesekali. Seseorang yang selalu
siap membantu jika aku mengalami kesulitan. Dan seseorang yang selalu
membelikan cemilan cemilan coklat, cause I’m addicted to chocolate.
”keluar Ness, depan rumah
ini gue bawain martabak coklat kacangnya”
Aku melihat jam sudah jam
01.05, mana ada sih orang yang mau nganterin makanan jam segini? Tukang nasi
goreng aja udah ga ada yang lewat, tukang delivery makanan juga ogah kalo
nerima pesanan jam segini. Aku langsung bergegas menuruni tangga dan menuju
pagar depan rumah.
“Lah Fer? Seriusan ini?
Gue kira cuma bercanda, bisa dapet martabak beneran ini?”
Kulihat Feri turun dari
motornya sambil menenteng martabak ditangannya.
“dapet dong, udah makan
nih, lumayan kan ngisi perut buat orang yang lagi kelaperan jam segini hahaha”
Dulu, saat pertama aku
mengenalnya, ia mengirimkan chat basa basi dimana itulah pemulaan kedekatanku
dengannya yang tidak akan ku sangka akan sejauh ini. Saat itu, aku baru putus
dengan mantan pacarku, aku dan mantanku sudah pacaran setahun and the day it’s
just over dan selama setahun itu? Like it was nothing. And when my heart so
hurt and empty, he’s come. Makin lama kita makin dekat, I don’t know why he so
addictive for me so I can’t stop chatting with him.
Semua itu berjalan apa
adanya hingga suatu saat mantan pacarku meminta ku untuk balikan, honestly I
still loving him until now, but, what the hell this situation?! aku bingung.
Tidak tau harus menjawab apa, ada dua orang yang aku sayang saat ini, Agi
mantan pacarku yang masih sangat aku sayang, atau Feri orang baru yang selalu ada buatku? At the same
time, Feri mengungkapkan perasaannya padaku, hanya mengungkapkan sih, bukan
meminta untuk menjadi pacar atau apapun itu namanya.
“I love ur eyes, Ness.
It’s the reason i always find you if you’re not seem. I like you Nessa”
What the…what I should
do? Setelah berpikir semalaman, akhirnya aku menyerah, hati memang tidak bisa
bohong kalau aku memang masih sayang sama Agi, dan perasaan itu lebih daripada
apa yang aku rasakan ke Feri. Lagipula aku tidak terlalu ingin mencoba dengan
orang baru, dan memulainya dari awal. Kenapa harus dengan orang baru jika yang
lama sudah kembali, dan kami hanya perlu melanjutkannya karna kita sudah tau
bagaimana sifat kami masing masing kan? Jujur, aku bahagia karna memang ini
yang aku tunggu dari Agi setelah hampir setengah taun kita putus. Aku tidak
sangka bahwa Agi masih memilihku setelah sekian lama kita jalani kehidupan kita
masing masing.
So, I left Feri. I leave
him without the reason and I’ve back with my ex.
Aku jahat. Iya, jahat.
Tapi seharusnya memang tidak ada masalah kan? Karna aku memang tidak terikat
dengan siapapun, but, yaa I know I hurt someone. Setelah beberapa lama aku
balikan sama Agi, akhirnya Feri pun tau, sekarang Feri tau kenapa aku tidak
pernah lagi membalas pesan pesannya, kenapa dengan tiba tiba aku pergi darinya.
Feri sadar dia tidak berhak marah padaku, karna kita ya memang cuma sebatas
dekat tanpa hubungan apapun, dia hanya mengirim sebuah pesan yang masuk ke
handphoneku,
“Congrats ya balik lagi
sama Agi. Longlast”
Feri tidak pernah
membahas perasaannya yang dulu pernah dia ungkapkan padaku, seolah olah itu
tidak pernah terjadi, dan aku tidak pernah tau. Kita kembali dekat dengan
keadaan yang berbeda. Tidak seperti
dulu, tetapi layaknya seorang teman curhat yang selalu mendengarkan cerita
ceritaku tentang Agi, keluh kesahku dengan Agi, hubunganku dengan Agi. Feri
selalu menanggapinya dengan santai, seakan kita memang hanya sebatas teman
curhat yang tidak saling punya perasaan lebih satu sama lain. Aku
menceritakannya begitu saja, tanpa mengetahui apakah ia terluka atau tidak.
Aku dan Agi pacaran
seperti dulu, putus selama setengah tahun lamanya seperti tidak pernah terjadi.
Walaupun Agi bukan pacar pertama ku, but I feel he’s my first love.
Saat aku putus sama Agi,
aku menangis hingga berhari hari, galau berminggu minggu, like my life it’s
over. Oke ini memang agak berlebihan, but I feel so hurt in my heart. itulah
mengapa aku sangat sulit move on dengan pria lain sejak aku putus, karna aku masih
sayang dan terlalu banyak kenangan yang sayang untuk dibuang begitu saja. He’s
so special for me.
“balikan sama mantan?
Ngulang kesalahan yang sama namanya” itu yang sering aku denger dari orang
orang. Apa iya? Saat itu aku tidak terlalu peduli apa kata orang, aku hanya
mengikuti hatiku, kalau aku merasa bahagia bersama Agi kenapa harus aku tolak?
Memang sih kadang aku merasa ada benarnya, karna masalah masalah hubungan aku
sama Agi ya memang sama kaya dulu, masalah ini lagi ini lagi.
Seleknya gara gara ini
lagi ini lagi. Memang sih di awal balikan emang kaya dulu, tapi makin kesini
makin ada aja yang janggal sama hubungan kita.
Aku menceritakan semua
kejanggalan hubungan aku sama Agi ke Feri, dan seperti biasa Feri pendengar
yang baik namun bukan berarti dia bisa memberi pendapat. Kalo udah kaya gini biasanya
Feri ga mau ikut campur. Aku cerita sama Feri bahwa akhir akhir ini Agi jarang
ngechat aku, jarang ngajak pulang bareng kaya dulu, malahan kadang dia suka
kabur pulang duluan. Agi mulai cuek sama aku, dan sejak aku jarang chat sama
Agi, aku chat terus sama Feri, abis rasanya sepi aja gitu, punya pacar tapi
ngerasa kesepian.
Dan bener aja, setelah
6bulan balikan Agi mutusin aku. Katanya,
“aku mau kita udahan aja
ya?”
Jujur aku dapet pesan
kaya gini langsung nangis. Kenapa ngomong udahan tuh gampang banget sih? Ga
inget dulu awal ngejarnya gimana? Ga inget kenangan kita sebanyak apa? Udah ga
berarti apa apa lagi?
“kenapa…?”
“aku pengen jomblo aja”
Omg plis, basi banget alesan
kaya gitu.
“alesan yang lain? Yang
bisa bikin aku bener bener bisa ngelepas kamu”
“aku udah ga sayang sama
kamu”
Aku nangis. Kejer.
SEGAMPANG ITU BILANG UDAH GA SAYANG? Alesan skakmat. Mau gimana lagi kalo
diantara kita udah ada yang ga sayang? Buat apa dilanjutin kalo salah satu
ngejalanin setengah hati? Kecewa. Aku kecewa berat.
“kenapa dulu minta
balikan sih, Gi kalo akhirnya bakal kaya gini lagi?”
“ya maaf…”
If you can easly say sorry, Is it hard to
understand me for this time? Ibarat gelas yang udah pecah, ga akan bisa kembali
kaya awal walaupun udah minta maaf sekalipun.
Galau lagi. Dan lagi lagi
Feri yang datang.
How could “someone who’s always
be there for me” beat with “someone who’s special for me”?
Comments
Post a Comment